SUGUHAN ALAM DI LUBUK LINGGAU
Kota Lubuk Linggau memang tak setenar DKI Jakarta, Bali, ataupun Palembang. Namun kota yang berada di perbatasan Sumatera Selatan ini terus berbenah untuk mengembangkan obyek wisatanya. Pembenahan ini diharapkan dapat menambah daya tarik obyek wisata tersebut guna mencuri perhatian para pelancong yang ingin menikmati suasana liburan yang berbeda.
Lokasi kota yang memiliki semboyan Sebiduk Semare ini berjarak sekitar 305 km dari ibu kota Sumatera Selatan, Palembang. Untuk mencapai kota ini, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor maupun kereta api.
Hiruk pikuk kegiatan perekonomian langsung terasa ketika memasuki Gerbang Kota Lubuk Linggau, Jumat (21/4). Lokasinya yang berada di perbatasan menjadikan Kota Lubuk Linggau sebagai salah satu kawasan perlintasan bagi warga Sumsel yang ingin pergi ke beberapa kota lain seperti Bengkulu dan Padang.
Namun ada yang sejumlah hal yang menjadi pembeda. Kota yang merupakan kota pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2001 ini memiliki sejumlah obyek wisata khas yang beragam. Mulai dari wisata religi, wisata alam, hingga obyek wisata buatan yang menarik untuk dikunjungi. Keindahan itu dibalut dengan sentuhan teknologi nan mutahir di setiap obyek wisata yang menjadi nilai tambah tersendiri.
Setidaknya ada beberapa obyek wisata yang menjadi ikon utama kota Lubuk Linggau. Mulai dari Air Terjun Temam, Masjid Agung As-Salam, Bukit Sulap, dan destinasi wisata terbaru, Kampung Warna Warni. Kesemua tempat ini dapat dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam karena memang lokasinya saling berdekatan.
Kunjungan wisata dapat dimulai dari Air terjun Temam. Obyek wisata yang terletak sekitar 10 km dari pintu masuk kota Lubuk Linggau ini menawarkan panorama alam yang indah. Air Sungai Temam mengalir dari ketinggian 12 meter menutupi gugusan batu yang memiliki lebar sekitar 25 meter. Dengan keunikannya, pengunjung memberi julukan Air Terjun Temam sebagai "Niagara Mini".
Sejak tiga tahun lalu, pemerintah kota Lubuk Linggau membangun sarana pendukung seperti turab dan tangga sehingga memudahkan wisatawan untuk mencari lokasi yang cocok mengabadikan keindahan alam ini. Belum lagi tambahan teknologi lampu diode pancaran cahaya (light-emitting diode/LED) berwarna-warni yang menyorot langsung ke arah air terjun mulai petang hingga malam hari. Teknologi tersebut membuat air terjun ini menjadi incaran wisatawan untuk berfoto.
Kesan warna-warni juga terpancar di Kampung Warna-Warni yang baru diresmikan pertengahan April tahun ini. Raturan rumah penduduk yang ada di Kelurahan Lubuk Linggau Ulu, Kecamatan Lubuk Linggau Barat II dipermak dengan cat yang berwarna-warni dan dihias dengan mural yang penuh kreasi. Tidak hanya rumah, jalannya pun dicat beraneka warna.
Dengan bantuan pihak swasta dan warga, akhirnya kampung warna-warni di Lubuk Linggau terealisasi. Bahkan kawasannya lebih luas dari Kampung Warna-Warni di Jodipan.
Wali Kota Lubuk Linggau Prana Putra Sohe mengatakan, pembangunan kampung warna-warni ini berawal dari upaya pemerintah untuk menghilangkan kesan kumuh. Dulu kampung dijuluki "kampung texas" nya Lubuk Linggau karena terkesan kumuh dan sering dijadikan tempat perjudian.
Kini kampung tersebut telah disulap menjadi kampung yang indah dan menjadi tempat wisata yang memukau. Banyak wisatawan datang ke tempat ini untuk mengabadikan keunikan tempat ini. "Bahkan, kampung ini menjadi kampung percontohan di Lubuk Linggau,"ujar Prana.
Keindahan kampung warna-warni dapat dilihat dari puncak Bukit Sulap, destinasi wisata lain yang berjarak 2 kilometer dari kampung warna-wani. Bukit Sulap memiliki ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Tidak hanya kampung warna-warni, seluruh kota Lubuk Linggau dapat dilihat dari puncak bukit yang memiliki luas sekitar 200 hektar ini.
Dari puncak ketinggian, terlihat keindahan kota Lubuk Linggau yang masih asri dengan pepohonan yang rimbun.
Nantinya, akan dibuat sebuah kafe di puncak bukit sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan kota Lubuk Linggau dari ketinggian, sistem kelistrikan terintegrasi, dan penyempurnaan sistem kereta miring (Inclinator) yang sudah beroperasi sekitar 2 tahun lalu.
Nantinya, akan dibuat sebuah kafe di puncak bukit sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan kota Lubuk Linggau dari ketinggian, sistem kelistrikan terintegrasi, dan penyempurnaan sistem kereta miring (Inclinator) yang sudah beroperasi sekitar 2 tahun lalu.
Untuk itu sejumlah pengembangan infrastruktur pariwisata digenjarkan termasuk mengembangkan obyek wisata yang sudah ada dan menciptakan obyek wisata baru dengan penambahan infrastruktur pendukung.
Ada beberapa potensi wisata yang saat ini tengah kami incar untuk digarap lebih optimal seperti air terjun Takli, Curug Layang, dan Sai Sandu yang sampai saat ini belum dikunjungi karena sulitnya akses.
Atau mengembangkan obyek Air Terjun Temam dengan membangun Eco Green Park di sekitar kawasan itu. Pemerintah sudah menyediakan lahan sekitar 3,8 hektar untuk pembangunan Eco Green Park dan tengah berkonsultasi dengan pengembang yang sudah membangun kawasan serupa di Batu, Malang, Jawa Timur. Nantinya, Eco Green Park akan ditanami sejumlah tanaman khas, kebun binatang dan taman penuh dengan bunga.
Pada tahun 2016, jumlah wisatawan yang datang ke Lubuk Linggau mencapai 20.000 orang meningkat dibanding tahun 2015 yang hanya 15.000 wisatawan. Peningkatan kunjungan ini tidak lepas dari tersedianya sarana pendukung seperti penambahan frekuensi penerbangan dari yang semula seminggu dua kali menjadi sehari sekali.
0 komentar:
Posting Komentar